Arti Dari Demonstrasi

Arti Dari Demonstrasi

Kata demonstrasi digunakan dalam beberapa kalimat KBBI

Referensi dari KBBI guntur kalimat ke 3

meng·gun·tur·kan v membuat sesuatu mengguntur: aksi demonstrasi buruh yg marak itu ~ suara sumbang dr berbagai kalangan

Referensi dari KBBI promosi kalimat ke 4

promosi dagang kegiatan komunikasi untuk meningkatkan volume penjualan dng pameran, periklanan, demonstrasi, dan usaha lain yg bersifat persuasif;

Referensi dari KBBI demo kalimat ke 1

2de·mo /démo/ n kp demonstrasi;

Referensi dari KBBI benih kalimat ke 14

mem·be·nih·kan v menimbulkan; menyebabkan: tindakannya bisa - rangkaian demonstrasi;

Referensi dari KBBI teman kalimat ke 13

me·ne·mani v mengawani; menyertai; mengiring(i): aku ~ Ibu melihat demonstrasi pembuatan kue;

Referensi dari KBBI tunjuk kalimat ke 8

tunjuk perasaan ark demonstrasi; unjuk rasa;

Referensi dari KBBI rosot kalimat ke 2

me·ro·sot·kan v menurunkan (tt harga, mutu, derajat): demonstrasi mahasiswa dan pelajar itu berusaha untuk ~ harga bahan-bahan makanan;

Referensi dari KBBI unjukrasa kalimat ke 1

un·juk ra·sa n pernyataan protes yg dilakukan secara massal; demonstrasi;

Referensi dari KBBI laku kalimat ke 12

me·la·ku·kan v 1 mengerjakan (menjalankan dsb): ia gugur dl ~ tugasnya; 2 mengadakan (suatu perbuatan, tindakan, dsb): ~ pendaratan darurat; ~ demonstrasi; 3 melaksanakan; mempraktikkan; menunaikan: Pemerintah akan ~ tindakan tegas thd setiap penyelewengan yg terjadi; 4 melazimkan (kebiasaan, cara, dsb): kepala sekolah bermaksud ~ “Senam Pagi Indonesia” di sekolahnya; 5 menjadikan (membuat dsb) berlaku; menjadikan laku: ~ uang palsu adalah perbuatan yg melanggar hukum; 6 berbuat sesuatu thd (suatu hal, orang, dsb): ia ~ anak yatim itu sbg anaknya sendiri; 7 mengabulkan (permintaan, doa, dsb); meluluskan: orang tuanya selalu ~ permintaan anak itu;

Referensi dari KBBI demo kalimat ke 2

men·de·mo v melakukan demonstrasi: mereka ~ kantor perwakilan PBB di Jakarta;

Referensi dari KBBI tunjuk kalimat ke 17

~ perasaan unjuk rasa; demonstrasi;

Referensi dari KBBI aktivis kalimat ke 1

ak·ti·vis n 1 orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yg bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dl organisasinya; 2 Pol seseorang yg menggerakkan (demonstrasi dsb)

Referensi dari KBBI picu kalimat ke 2

me·mi·cu v 1 menarik picu; 2 ki menggerakkan sesuatu yg berakibat membahayakan: spt telah diduga pemecatan itu bakal ~ gelombang demonstrasi baru;

Posisi kata demonstrasi di database KBBI Online

Definisi atau arti kata demonstrasi berdasarkan KBBI Online:

pernyataan protes yg dikemukakan secara massal; unjuk rasa:

peragaan atau pertunjukan tt cara melakukan atau mengerjakan sesuatu:

melakukan demonstrasi; melakukan unjuk rasa;

menentang suatu pihak atau seseorang dng cara berdemonstrasi;

mempertunjukkan; mempertontonkan; memperagakan:

✔ Tentang KBBI daring ini

Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ini merupakan KBBI Daring (Dalam Jaringan / Online tidak resmi) yang dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan dan pembacaan arti kata (lema/sub lema). Berbeda dengan beberapa situs web (laman/website) sejenis, kami berusaha memberikan berbagai fitur lebih, seperti kecepatan akses, tampilan dengan berbagai warna pembeda untuk jenis kata, tampilan yang pas untuk segala perambah web baik komputer desktop, laptop maupun telepon pintar dan sebagainya. Fitur-fitur selengkapnya bisa dibaca dibagian Fitur KBBI Daring.

Database utama KBBI Daring ini masih mengacu pada KBBI Daring Edisi III, sehingga isi (kata dan arti) tersebut merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (dahulu Pusat Bahasa). Diluar data utama, kami berusaha menambah kata-kata baru yang akan diberi keterangan tambahan dibagian akhir arti atau definisi dengan "Definisi Eksternal". Semoga semakin menambah khazanah referensi pendidikan di Indonesia dan bisa memberikan manfaat yang luas. Aplikasi ini lebih bersifat sebagai arsip saja, agar pranala/tautan (link) yang mengarah ke situs ini tetap tersedia. Untuk mencari kata dari KBBI edisi V (terbaru), silakan merujuk ke website resmi di kbbi.kemdikbud.go.id

Tidak semua hasil pencarian, terutama jika kata yang dicari terdiri dari 2 atau 3 huruf, akan ditampilkan semua. Jika hasil pencarian dari daftar kata "Memuat" sangat banyak, maka hasil yang dapat langsung di klik akan dibatasi jumlahnya. Selain itu, untuk pencarian banyak kata sekaligus, sistem hanya akan mencari kata yang terdiri dari 4 huruf atau lebih. Misalnya yang dicari adalah "air, minyak, larut", maka hasil pencarian yang akan ditampilkan adalah minyak dan larut saja.

Untuk pencarian banyak kata sekaligus, bisa dilakukan dengan memisahkan masing-masing kata dengan tanda koma, misalnya: ajar,program,komputer (untuk mencari kata ajar, program dan komputer). Jika ditemukan, hasil utama akan ditampilkan dalam kolom "kata dasar" dan hasil yang berupa kata turunan akan ditampilkan dalam kolom "Memuat". Pencarian banyak kata ini hanya akan mencari kata dengan minimal panjang 4 huruf, jika kata yang panjangnya 2 atau 3 huruf maka kata tersebut akan diabaikan.

Edisi online/daring ini merupakan alternatif versi KBBI Offline yang sudah dibuat sebelumnya (dengan kosakata yang lebih banyak). Bagi yang ingin mendapatkan KBBI Offline (tidak memerlukan koneksi internet), silakan mengunjungi halaman web ini KBBI Offline. Jika ada masukan, saran dan perbaikan terhadap kbbi daring ini, silakan mengirimkan ke alamat email: ebta.setiawan || gmail || com

Kami sebagai pengelola website berusaha untuk terus menyaring iklan yang tampil agar tetap menampilkan iklan yang pantas. Tetapi jika anda melihat iklan yang tidak sesuai atau tidak pantas di website kbbi.web.id, ini silakan klik Laporkan Iklan

Sepanjang masa pemerintahan Presiden Soeharto, aksi demonstrasi mahasiswa jarang ditemui karena adanya depolitisasi dan represi yang dilakukan oleh rezim Orde Baru terhadap gerakan mahasiswa. Melalui kebijakan Normalisasi Kebijakan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK), pemerintah dapat menekan pergerakan mahasiswa selama dua puluh tahun.

Meskipun demikian, pada akhir masa Orde Baru di tahun 1998, para mahasiswa melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut reformasi. Peristiwa reformasi diawali oleh Krisis Finansial Asia 1997. Pada awalnya, krisis moneter diawali dari jatuhnya mata uang baht Thailand terhadap dollar AS yang disusul peso Filipina, ringgit Malaysia, dollar Singapura, dan merembet ke rupiah. Krisis Finansial Asia 1997 kemudian membawa dampak bagi perekonomian nasional yang ditandai dengan banyaknya pengangguran dan kenaikan harga-harga barang, dan kemudian disebut dengan nama krisis moneter.

Kenaikan barang-barang kemudian menimbulkan krisis multidimensional dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Selama masa-masa krisis, mahasiswa banyak melakukan diskusi tentang ide-ide reformasi. Semula dibungkam oleh kampus, pada masa krisis gerakan mahasiswa justru mendapat dukungan dari pihak kampus yang tidak lagi membatasi ruang gerak mahasiswa dalam bidang politik.

Puncak krisis terjadi pada Mei 1998, di mana mahasiswa melakukan aksi demonstrasi peristiwa reformasi tahun 1998. Terpisah dengan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, pada bulan Mei 1998 terjadi kerusuhan besar-besaran yang secara sistematis menyasar warga etnis Tionghoa sebagai korban.

Hingga saat ini, peristiwa Mei 1998 dikenal sebagai titik lahirnya reformasi di Indonesia.

Unjuk rasa 15 Januari 1974 di sekitar Bundaran Harmoni, Jakarta Pusat.

Ribuan mahasiswa yang dipimpin Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Hariman Siregar, menggelar demonstrasi karena ketidakpuasan masyarakat terhadap korupsi, harga-harga yang naik, dan kebijakan investasi luar negeri. Mahasiswa melakukan long march dari kampus Universitas Indonesia di Salemba menuju Universitas Trisakti di Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat. Demonstrasi dilakukan tepat kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka ke Jakarta untuk kepentingan investasi Jepang di Indonesia.

Demonstrasi diwarnai oleh kerusuhan dari pihak tidak dikenal sehingga menyebabkan kerusuhan. Tercatat sebanyak 11 korban meninggal, 300 luka luka, dan 775 orang ditahan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan Malapetaka Lima Belas Januari (Malari).

Sebagai imbas dari peristiwa Malari, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef mengeluarkan SK 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kebijakan Kampus (NKK). Dengan adanya NKK, kampus diharuskan menjadi kawasan steril dari aktivitas politik. Mahasiswa yang melakukan kegiatan politik mendapatkan sanksi keras berupa pemecatan dari kampus.

Sebagai lanjutan dari kebijakan NKK, Menteri Daoed Joesoef kembali mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 037/U/1979 tentang pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) yang berhasil memiliki tugas untuk menekan aktivitas politik dan organisasi mahasiswa di kampus.

Titik awal krisis ekonomi dan moneter yang ditandai dengan turunnya nilai rupiah terhadap dollar amerika.

Presiden Soeharto mengambil sumpah untuk menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia periode 1998–2003 berdasarkan kelanjutan hasil Pemilihan umum legislatif Indonesia 1997. Sumpah jabatan mendapatkan penolakan keras oleh masyarakat yang diikuti oleh aksi protes dari mahasiswa yang tidak menganggap Pemilu 1998 adalah pemilu yang sah.

Mahasiswa Universitas Trisakti mengadakan unjuk rasa memperingati tiga tahun Tragedi Trisakti, Sabtu, 12 Mei 2001.

Mahasiswa, dosen, pegawai, dan alumni Universitas Trisakti mengadakan aksi damai untuk menuntut reformasi. Pada awalnya, aksi damai direncanakan akan dilakukan di kampus Trisakti dan Gedung DPR. Pada siang hari di kampus Trisakti, para mahasiswa menggelar mimbar bebas untuk menuntut pemerintah melakukan reformasi politik, ekonomi, dan hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR.

Memasuki pukul 13.00 WIB, para peserta aksi damai mulai melakukan mobilisasi ke gedung DPR/MPR di Senayan. Akan tetapi, banyaknya mahasiswa yang tergabung dalam aksi membuat aparat kesulitan untuk membendung mahasiswa. Berdasarkan negosiasi yang dilakukan oleh pihak kampus dan aparat, diambil keputusan bahwa mahasiswa dapat melakukan demonstrasi di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat yang berada 300 meter dari kampus Trisakti.

Aksi damai pada awalnya berlangsung lancar. Akan tetapi, pada sore hari ketika para mahasiswa mulai kembali memasuki kampus Trisakti, para aparat mulai menembaki mahasiswa. Akibat penembakan yang dilakukan oleh aparat, terdapat empat mahasiswa yang gugur akibat tertembak oleh aparat, yaitu:

Akibat kekerasan dan penembakan yang dilakukan oleh aparat, peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama Tragedi Trisakti. Tragedi Trisakti kemudian memicu solidaritas dan kemarahan mahasiswa di seluruh Indonesia.

Sumber: “Insiden di Universitas Trisakti: Enam Mahasiswa Tewas” (Kompas, 13 Mei 1998, halaman 1)

Mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR dalam unjuk rasa menuntut reformasi, Rabu, 20 Mei 1998.

Ribuan mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia melakukan aksi demonstrasi. Mahasiswa di Jakarta melakukan aksi di Kantor DPR/MPR di Senayan dan berhasil menduduki gedung DPR/MPR. Dengan membawa slogan reformasi, mahasiswa menuntut penataan ulang secara total dalam bidang politik dan ekonomi. Dalam bidang politik, secara garis besar mahasiswa menuntut untuk:

Sementara itu, dalam bidang ekonomi, secara garis besar mahasiswa menuntut:

Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan sebagai Presiden dan digantikan oleh Baharuddin Jusuf Habibie, menandai berakhirnya masa Orde Baru.

Dengan dicabutnya berbagai peraturan represif yang membatasi kebebasan berekspresi, pada masa reformasi mahasiswa dapat melakukan aksi demonstrasi dengan lebih leluasa. Aksi demonstrasi mahasiswa dicirikan dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah maupun protes terhadap kenaikan harga barang.

Selain itu, masa reformasi juga diwarnai dengan keikutsertaan mahasiswa dalam demonstrasi yang dilakukan secara rutin, seperti Aksi Kamisan yang diadakan setiap minggu maupun Hari Buruh dan Hari Perempuan Internasional yang diadakan setiap tahun.

Memasuki masa pemerintahan Joko Widodo yang bersamaan dengan perkembangan teknologi, di samping menggunakan demonstrasi sebagai cara untuk menyampaikan kritik dan aspirasi terhadap pemerintah, mahasiswa juga menggunakan cara-cara lain untuk menyampaikan kritik dan aspirasi. Salah satunya adalah melakukan kampanye melalui media sosial.

Aksi unjuk rasa oleh sekitar 1.000 mahasiswa menuju rumah mantan Presiden Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, Kamis, 13 April 2000, menuntut agar Soeharto diadili.

Unjuk rasa di bawah payung Jaringan Kota yang didukung oleh lima organ gerakan mahasiswa, yakni Keluarga Mahasiswa Universitas YAI, Forum Bersama, Komite Aksi Mahasiswa (KAM) Jakarta, Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Famred), dan Forum Kota (Forkot), berjalan kaki menuju rumah mantan Presiden Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Aksi yang dilakukan sekitar 1.000 mahasiswa pada Kamis, 13 April 2000 ini berakhir dengan bentrok berkepanjangan.

Sumber: “Demo Soeharto Berakhir dengan Bentrok” (Kompas 14 April 2000, halaman 1)

Bertepatan dengan hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI), mahasiswa di berbagai kota besar di Indonesia melakukan aksi demonstrasi. Terdapat dua tuntutan utama yang diajukan, antara lain, penghapusan Dwifungsi TNI dan penghapusan teritorial militer.

Demonstrasi yang terjadi di Yogyakarta turut menelan korban. Terdapat dua mahasiswa di Yogyakarta yang mengalami luka parah di kepala akibat serangan dari kelompok massa tidak dikenal. Serangan terjadi di Gedung RRI (Radio Republik Indonesia) Nusantara II Yogyakarta.

Sumber: “Unjuk Rasa Mahasiswa Sambut HUT TNI, Dua Orang Dibacok” (Kompas, 6 Oktober 2000, halaman 7)

KOMPAS/MOHAMAD BURHANUDIN

Badan eksekutif mahasiswa (BEM) perguruan tinggi se-Semarang berunjuk rasa di depan gedung DPRD Jateng, Selasa (20/9/2005). Mereka menolak kenaikan harga BBM dan mendesak penurunan harga-harga barang yang mulai melonjak naik. Para mahasiswa itu juga menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera merombak tim ekonominya.

Mahasiswa yang merupakan bagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi se-Semarang melakukan unjuk rasa di depan gedung DPRD Jawa Tengah.

Mahasiswa, bersama dengan elemen masyarakat di Jawa Tengah menolak kenaikan BBM yang dinilai akan memicu inflasi di Jawa Tengah. Aksi penolakan kenaikan harga BBM didukung oleh DPRD Jateng.

Sumber: “Mahasiswa Tolak BBM Naik” (Kompas, 1 Maret 2005, halaman 1)

Masih terkait dengan kenaikan harga BBM, ulang tahun pertama masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla disambut oleh demonstrasi yang dilakukan oleh gabungan mahasiswa dan elemen masyarakat.

Demonstrasi dilakukan di beberapa titik di Indonesia, antara lain, di depan Istana Merdeka (Jakarta), Solo, (Jawa Tengah), dan Palembang, (Sumatera Selatan). Demonstrasi dilakukan untuk mengevaluasi kinerja pemerintahan SBY-JK selama satu tahun. Kenaikan harga BBM menjadi salah satu pokok evaluasi yang diajukan.

Sumber: “Setahun Pemerintahan SBY-JK: Kecewa dengan Pemerintah, Demo Muncul di Berbagai Kota” (Kompas, 21 Oktober 2005, halaman 1).

Gelombang unjuk rasa memperingati 10 tahun reformasi terjadi pada Rabu, 21 Mei 2008. Sedikitnya 6.000 orang mahasiswa dan kelompok massa berkumpul di depan Istana Negara dan Gedung MPR/DPR. Mereka mengajukan tujuh gugatan kepada pemerintah, yaitu:

Sumber: “Ribuan Pendemo Banjiri Jakarta * BEM Seluruh Indonesia Ajukan Tujuh Gugatan” (Kompas, 22 Mei 2008, halaman 25)

Unjuk rasa ratusan mahasiswa di depan Gedung DPR menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan mengecam pemerintah yang tidak prorakyat. Bersamaan dengan itu, Rapat Paripurna DPR pada Selasa, 24 Juni 2008 itu menyetujui penggunaan hak angket atau hak penyelidikan atas kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Unjuk rasa berakhir ricuh dan mengakibatkan kerusakan pagar Gedung DPR, belasan kendaraan bermotor rusak dan dibakar massa.

Sumber: “DPR Setujui Angket BBM * 233 Anggota Dukung, 127 Menolak” (Kompas, 25 Juni 2008, halaman 1)

“Unjuk Rasa: Polisi Tangkap 16 Orang” (Kompas, 25 Juni 2008, halaman 1).

Mahasiswa di berbagai daerah berunjuk rasa menyuarakan aspirasi masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM. Beberapa aksi berakhir ricuh dan merusak fasilitas umum, seperti yang terjadi di Medan dan Purwokerto.

Sumber: “Stabilitas Nasional Terancam * Unjuk Rasa Mahasiswa dan Rakyat di Berbagai Daerah Terus Berlanjut” (Kompas, 31 Maret 2012, halaman 3).

Puluhan mahasiswa mahasiswi yang tergabung dalam Aliansi BEM Seluruh Indonesia 2017 mengadakan aksi demo di halaman gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Kamis (9/3/2017). Mereka menuntut KPK untuk tidak gentar mengusut korupsi e-KTP tanpa intervensi dari pihak manapun.

Karena sejumlah kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat, mahasiswa di seluruh titik di Indonesia melaksanakan aksi demonstrasi dengan nama aksi #ReformasiDikorupsi. Mahasiswa yang melakukan aksi di Jakarta melakukan demonstrasi di sekitar gedung DPR, Senayan, DKI Jakarta.

Aksi #ReformasiDikorupsi membawa tujuh tuntutan utama, meliputi:

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Mahasiswa dari sejumlah universitas kembali menggelar aksi unjuk rasa di luar gerbang Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/9/2019). Mereka menyampaikan mosi tidak percaya kepada DPR karena DPR bersama pemerintah telah sepakat mengesahkan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK).

Mahasiswa, bersama dengan buruh dan siswa SMK, melakukan aksi demonstrasi untuk memprotes pembahasan RUU Cipta Kerja. Demonstrasi dilaksanakan di sejumlah titik di Indonesia, antara lain berlangsung di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jambi, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Sumber: “Demo Meluas, Protokol Kesehatan Terancam” (Kompas, 8 Oktober 2020, halaman 1)

Ribuan orang dari kalangan mahasiswa, siswa SMK, dan buruh berunjuk rasa menolak RUU Cipta Kerja di Jalan S Parman, depan Kantor DPRD Sumatera Barat, Padang, Sumbar, Rabu (7/10/2020).

Mahasiswa berunjuk rasa di berbagai daerah di Indonesia. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menyampaikan 6 tuntutan, yakni:

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Massa berunjuk rasa di depan Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022). Mereka, di antaranya, menuntut anggota DPR untuk tidak mengubah konstitusi, khususnya bagian yang mengatur masa jabatan presiden.

Dokumen tersebut membahas tentang analisis dan refleksi terkait lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Terdapat beberapa pertanyaan yang dijawab mengenai proses pembelajaran di kelas, peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar, komunikasi antara guru dan orang tua, keterlibatan masyarakat, serta skenario pembelajaran yang melibatkan keluarga dan masyarakat.

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

%PDF-1.4 %Çì�¢ 5 0 obj <> stream xœí\Is·¾óWÌq&¥A{Ã7ÉvbÙVâ…—œ%ÑâNš"+åß!ÿà< ±<4z†¤’¸R‘.­nàmøÞ‚Œ~] Œ‹Õàÿ¦‡·—ÃêýÁ¯#“þOx‰Ÿß^®^üù»‚‡¿Ì9§xøÆWrÐÌš•™ø~yðzÍ7Û� §õ¨×">óÑ®W›~ ”ÆHiË̲jeìÈœY¾ƒÉ/6[É$L6ëçδÕFá—+O�+£-_¿Ül9’ô´Ú86êQòÈnË•cB�«­Ì¨‰É«�dJyÊ_ʇåñï›-ˆ¦�Óë/‚J <4 a­ô€Â ‘ú[ÖçÇÍV�‰9·ÀÕ0é×?äÏÏ©�XÅb‚/ˆIßR&œ$òbÂtóµÐëï6ðd@ºVv?™}�ä½$…ü×hÍË[J¥b…$°ÿK¤¨ù}±\yùUxiåâúrc™•nµƒ",/|8<ƒuw€IkÇiݧqÜ·‡z�Ääšm„&|ºˆOÎa¢q€ó<¹€×0i¤ÕÓGŒ¨cx²j}·l´áëkdšwe=ã¸J[�YbáëÖ0aÀ —pÍá º*„>ãç,bz;Q?BSиÓ�÷=n˜&¥“{ƒyT²vdd>ıŽ ƒ–¼6�¥>¾¨Í5¿BÔ߃×Zð�¿ÍÊÜùEçFzÉÓãQKó•W@ˆÍK’çÎÖ$?÷eYðË`=eÚ%™ÙÚ62UÒD…”tIô2*©%ãzHÃv,¨ÞeÁ³Æ0oÐ×øª˜´O\go”Šà„4j©”…Daæ¦|?&f4æ/†B¼N)¶xå·Ë7ê…÷SûŸ`‡(È@Ľö‰S³ü~`b_1?  R[ÈÊ7íúÞµtfj N�AÏÑÀûéyô¸�ï!0‰8T¨´†O€WŒ [˜ÙW¡ ûš²bíú�³…Õb’3ÄÂ’À»G³o7[ËÄ0ˆìs(€ Ò狶<Âà0ÃÀôÀ׿m¸çhúÜs„‰ MôæͲ��

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Demonstrasi Kontekstual adalah salah satu tugas penting yang harus diselesaikan oleh Calon Guru Penggerak (CGP) dalam program Guru Penggerak. Ini merupakan kegiatan di mana CGP secara langsung menerapkan konsep-konsep pembelajaran yang telah dipelajari dalam konteks kelas atau sekolah mereka.

Tujuan Demonstrasi Kontekstual:

Karakteristik Demonstrasi Kontekstual:

Berikut Demonstrasi Kontekstual dari Modul 1 sampai Modul 3:

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.4 842] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ­ZÛn#¹}7àèÇî…ÕnÞú²°çx6ÞLv‰±mKc˵¼²`òõ©"Ù¼‰¢äEf`™j’ÅâaÕ©*¶Ï/×›ù·þa“½{w~¹ÙôO³ivw~µÚlVËßÏo¼Ìοô�ó¡ßÌWÃÅEvõá}vu{zrþ‰d„f·ßNOHVÁ’±Š”M&HÉ©Èn—§'Uöˆ9=¹ËÛâ÷ìöóéÉG˜kæ“`~ãϿ˳`Ö8”Vr–±vÏØìãÍû,;ÿ‚Ûºyý!«<Õi¨:íXɲ†4¥hµ¸«Ë¢Î¯²kø¼Þ£cU8+©q”0+×mYµYÝve×h!¿„ä—…È?_RÉæ¯ð“Ý~ü[1áùoÐÞ«“ ¢'.©�è¤Ñ­kZ2…n6©ÊªæÙíÃ]~Yî%ñ$T”•ð$Trrx ‘³ Œ—­7�m¯ ÒäœÇ+üÌŠ ¥ùKAYže·ø�¨ëb"°Wä›9~¾Æ/8} 6×ú+&Ac¡5‘èàW3î¾$rÿ$ ^0�3 ž;ýhðD̽Ëo,"«i¨Évö¡ÅeAê|5"»‘öØœ�€†Ø¹&±ã°Ó . vý1ØÕ¼¤Áô£±kš`î]þÅ`‡ð<ÊÖÚW�O³ô×à +óE‡~;ÌŒÓ2P-‰²8ÿk?Ðßd+…ëv f¦k5�9�÷Ød¯\N7¾ãX=hÚ›Asçñ½|üäÏÓ}ÿ ·C¯Ððæˆs©;¿*ùƒÄQ w'Ïp°TV.·4"•Z=*�Ð<Ûd”=AKÂ4D‹]xbè ð¡–æ÷æû:”Tc4>sçɶ·_pÊv±U_^”,PŒiƒƒzÂp¦Æü(SOä.¥bÛ]/à¡¥qjÌßõ²Îöú]);öÊEƒvåI‘¨(�Ñ£iË.�ð´š®ˆ%:6ÊK1N¼Ij/vH­ê¤s8"ÞUðÓ^L´¶¹m‹æ‚óþbÂáwÅ.&¬¥ÐºbzT¥z@‚ùI×RÆïúGÒ•î·yã¬MdÏA4m�E=LF0�8M¬Š6áN¿wìy½1vvº¼b¥ !º#NüƒÆ'ÀÅîXáÁeÑ3Úà<”üZËçÞ‰’JÉNpk�Nƒn/°?7rý9qYA†„IiQg¢8¥’'m¶ž�žüó§lˆ,ÝK·ÁÊ5&0<ظLí¬ü÷ˆÄ6À¨¤wÉhÓÅ’H冼«ËŽšL¤ŽFûnZOºO’ŸeÞ­rÙå°¿‰?ºkaY÷Y�RlŠ}–1"CdwDª�ëÈ0m¨}iHßF•…3mj•~²•SÔç™óÜÊ\o‹ñ{¯Ö�[—z¦ ‰*xÝ¡¯jʵa¸7{ÈP²†ƒ÷Z&5™N9ùà;dróòœ–ubIµcƒÌ1Ðúÿå-„&Ý…±Ê7Þpk Ío!,¶NPŽ»ƒôéñýùçXC+!×…6Fkoö$Ñ5ZI‚µMÈàS«ŠØªm‹à;‹¾&eÔ1P;O†Ô×f:cº'Օƽc�²ïŘÝðhR…g3t-³�a$¥¾Èž…MstïVº¡"‹E˜,ìn«I¸áX~è4ÈøŒTÐj){T*»^Œ)Τ‰P&Œ]ç'­°-=:\!„ -‡27¿FòB ‘éȃM@Cƒ�–†$4$¬­Ë±dP™èðlô¶äm’\„‚ÞÿcùøÞ+°sîzœ/fIõc‰ÕóW}?0 ÜosÏlúq�ö�Z¼8Z¯^“—b‡ƒÖGdÎ$ÁÔk—ÑÇ GvoÀ[»†±£»fu›�—i£´�·^ž~i±{&ÍyŒ‘’6RÁ;Ÿë1î ŽUn`vè'XÚ¢=X‰�–òêÀ¬o4¶*j/«x