Hewan Yang Mirip Monyet

Hewan Yang Mirip Monyet

Monyet berekor pendek adalah jenis primata yang hidup di hutan-hutan tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mereka memiliki tubuh yang kecil, bulu yang lebat, dan ekor yang pendek. Namun, ada juga beberapa hewan yang mirip dengan monyet berekor pendek. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa hewan yang mirip dengan monyet berekor pendek.

Kuskus adalah hewan yang mirip dengan monyet berekor pendek. Mereka juga hidup di hutan-hutan tropis di Indonesia dan memiliki bulu yang lebat. Kuskus memiliki tubuh yang agak gemuk dan ekor yang pendek seperti monyet berekor pendek. Namun, mereka tidak memiliki wajah yang mirip dengan monyet.

Lemur adalah primata yang hidup di Madagascar. Meskipun mereka tidak hidup di Asia Tenggara seperti monyet berekor pendek, tetapi mereka memiliki kemiripan fisik yang cukup besar. Lemur memiliki bulu yang lebat dan ekor yang pendek. Mereka juga memiliki wajah yang mirip dengan monyet berekor pendek.

Tarsius adalah primata yang hidup di Indonesia dan Filipina. Mereka memiliki tubuh yang kecil dan bulu yang lebat, serta ekor yang pendek. Tarsius juga memiliki wajah yang mirip dengan monyet berekor pendek. Namun, mereka memiliki mata yang sangat besar dan menonjol.

Sengi, juga dikenal sebagai tupai Afrika, adalah hewan yang mirip dengan monyet berekor pendek. Mereka hidup di Afrika dan memiliki bulu yang lebat serta ekor yang pendek. Sengi memiliki tubuh yang agak panjang dan ramping, namun mereka tidak memiliki wajah yang mirip dengan monyet.

Monyet berekor pendek memiliki kemiripan fisik dengan beberapa hewan lain, seperti kuskus, lemurs, tarsius, dan sengi. Meskipun mereka memiliki perbedaan dalam habitat, beberapa bagian tubuh yang mirip, seperti bulu lebat dan ekor pendek, membuat mereka terlihat serupa. Namun, masing-masing hewan tersebut memiliki ciri khas yang membedakan mereka dari monyet berekor pendek.

Kami, Mengucapkan Terimakasih Telah Berkunjung ke, Ikatandinas.com

Manusia hidup berdampingan dengan hewan yang membantu menjaga ekosistem alam di dunia. Tidak hanya berperan untuk menjaga habitatnya, hewan-hewan tersebut ternyata juga dianggap suci oleh agama dan budaya tertentu.

Hewan yang dianggap suci mayoritas merupakan hewan liar yang juga dilindungi. Apa saja hewan-hewan tersebut? Simak penjelasannya berikut ini, dikutip dari Lists:

Di India gajah merupakan hewan suci. Hal ini dikarenakan gajah dicintai dan disembah oleh pemeluk agama Hindu. Hewan ini dianggap sebagai reinkarnasi hidup dari salah satu dewa terpenting mereka yaitu Ganesha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganesha merupakan dewa berkepala gajah yang menunggangi seekor tikus kecil. Gajah juga dihormati karena merupakan lambang ketenangan, kekuatan, kebijaksanaan, dan royalti.

Sapi dianggap sebagai makhluk yang sangat penting dalam berbagai kepercayaan seperti Hindu, Jainisme, dan Zoroastrianisme. Meskipun begitu, sapi bukanlah dewa dan juga tidak disembah.

Umat Hindu menganggap sapi sebagai simbol kehidupan yang suci yang harus dilindungi dan dihormati. Selain itu, masyarakat kuno seperti Mesir, Romawi, Yunani, dan Israel juga menghormati sapi.

Kucing dianggap sebagai teman suci bagi orang Mesir kuno. Kucing membantu menjaga rumah di kota bebas dari tikus dan ular berbisa.

Membunuh seekor kucing di dalam dapat dihukum mati dan beberapa kucing yang mati dimumikan seperti manusia.

Di Nepal dan Tihar, ada festival Hindu yang diselenggarakan selama lima hari untuk anjing. Sedangkan di hari kedua tahun baru China merupakan hari kelahiran anjing, dan harus dilakukan sebaik mungkin.

Pada masa Yunani kuno, anjing juga dianggap sebagai dewa Anubis yang merupakan dewa dunia bawah.

Hewan yang dianggap suci selanjutnya adalah ular. Di India ada festival ular yang disebut Nag Panchami. Ular dianggap sebagai hewan suci karena dewa Siwa memakai ular di lehernya.

Sedangkan di Amerika Utara, orang Hopi melakukan tarian ular untuk meminta kesuburuan alam.

Di Korea Harimau dianggap sebagai simbol keberanian dan dipercaya dapat mengusir kejahatan. Selain itu harimau umumnya dipuja sebagai penjaga hutan sebagai pemberi, pelindung, penjaga, perantara antara langit dan bumi.

Beberapa budaya tertentu memandang harimau sebagai pemberi kesimbangan, kedamaian, dan kesuburan. Adapun harimau putih juga dianggap suci karena bulu putihnya melambangkan kebijaksanaan.

Monyet dihormati dalam tradisi agama Buddha, Hindu, dan Shintoisme. Ada dewa Hanuman yang merupakan dewa monyet yang paling menonjol dalam agama Hindu.

Di Bali terdapat hutan kera suci yang memiliki populasi besar kera pemakan kepiting. Kera-kera itu juga tinggal di antara pura.

Nah itulah 7 hewan yang dianggap suci oleh beberapa kepercayaan. Mari saling hargai masing-masing kepercayaan, ya!

WIKEN.ID -Siapa yang tak kenal dengan sungai musi di Sumatera Selatan?

Sungai yang terbentang di bawah jembatan Ampera ini merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan tawar di Indonesia.

Salah satunya adalah ikan tapah atau yang bisa disebut Wallago.

Baca Juga: Kerap Digunakan untuk Mempercantik Ruangan, 4 Benda di Rumah Ini Justru Mengeluarkan Racun Mematikan!

Ikan berkumis seperti ikan lele, dengan panjangnya mencapai 2,5 meter ini merupakan ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat Sumatera Selatan.

Salah satu masakan yang menggunakan ikan tapah sebagai bahan utamanya, adalah pindang.

Baca Juga: Bayinya Terjebak di dalam Pipa Saluran Pembuangan, Ibu Rubah Ini Memperhatikan dengan Gelisah Ketika Tim Penyelamat Berusaha Menolong Bayinya

Salah satu pusat ikan tapah di Sumatera Selatan adalah di Desa Danau Cala, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan.

Karena diburu setiap hari, ikan ini pun menjadi terancam.

Melihat hal itu, warga Desa Danau Cala pun melakukan berbagai langkah untuk mempertahankan ketersediaan ikan tawar ini.

Baca Juga: Jelang Tes CPNS Ramai Jimat Agar Lolos Kualifikasi, Meski Dilarang Ternyata Seperti Ini Ragam Azimat yang Dipakai, Disembunyikan di Baju Dalam

“Kami melakukan pembesaran ikan tapah. Pembesaran ini dilakukan menggunakan keramba,” kata Mulyadi, Ketua Kelompok Tani Sumber Harapan, Desa Danau Cala, Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, kepada Mongabay Indonesia, Jumat (8/11/2019).

Pembesaran yang dimaksud Mulyadi sudah berjalan dan dilakukan beberapa warga desa tiga tahun lalu.

Namun, karena keterbatasan modal, cara itu tidak berhasil.

“Alhamdulillah, 2019 ini kami dapat bantuan dari Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk melakukan pembesaran yang melibatkan 17 nelayan, termasuk saya. Bantuan berupa pembuatan 17 keramba dengan ribuan bibit beserta pakannya,” katanya.

Baca Juga: Usai Bersihkan Telinga dengan Cutton Bud, Pria Ini Menderita Infeksi Otak yang Mematikan

Makanan ikan tapah bukan makanan yang dibuat sendiri.

Tapi, anak-anak ikan sepat, seluang dan gondang.

“Pakan ini dibeli dari masyarakat. Ke depan kami hanya fokus pada gondang, tapi saat ini jumlahnya belum mencukupi, sehingga akan dikembangkan pembiakan,” ucap Mulyadi.

Baca Juga: Rasa Sakitnya Dikira Tanda Menopause, Tak Menyangka Ibu Ini Justru Alami Kondisi Mematikan!

Setidaknya ada tiga alasan mengapa warga desa melakukan pembesaran.

Pertama, ikan tapah yang berukuran sedang sekitar 3-5 kilogram sulit ditemui, sedangkan jika berat di bawah 3 kilogram harganya mudah sementara di atas 5 kilogram sulit dicari pembeli.

Kedua, populasi ikan ini berkurang setiap tahun dengan permintaan yang selalu meningkat, menimbulkan perbandingan yang tak sebanding.

Ketiga, setiap nelayan menjaring ikan, yang didapat hanya ikan tapah yang beratnya di bawah 1 kilogram.

Baca Juga: Terlahir Tuli dan Tak Bisa Mendengar Suara Orang Tuanya, Reaksi Bocah Ini Sangat Mengharukan Saat Dipakaikan Alat Bantu Dengar

Harga ikan tapah dengan berat antara 3-5 kilogram yang dijual dari nelayan langsung berkisar antara Rp 60 ribu per kilogram.

Sedangkan untuk harga pasaran dengan berat yang sama berkisar antara Rp 80-90 ribu per kilogram.

Sementara ikan tapah yang beratnya sekitar 2 kilogram dihargai Rp 30 ribu per kilogram dari tangan nelayan.

Baca Juga: Bagikan Tips Mendidik Anak Ala Nikita Mirzani, Nia Ramadhani Justru Bandingkan Putri Sulungnya: Boleh Tukeran?

Keterancaman hewan ini juga akibat susahnya mendapatkan ikan ini. Para nelayan di Desa Danau Cala tidak sepanjang tahun mendapatkan ikan tapah.

“Biasanya Mei-Juli setiap tahun, saat musim pasang,” kata Mulyadi.

Baca Juga: Geram dengan Foto Liburan Syahrini dan Reino Barack, Nikita Mirzani: Norak! Cantikan Aku, Tinggian Aku

Bulan-bulan di luar musim itu, apalagi musim kemarau saat ini, sulit sekali didapat, termasuk jenis lainnya seperti ikan lais, patin, gabus, toman, dan baung.

“Pada musim kemarau seperti ini, ikan tapah hasil pembesaran yang banyak dijual nelayan. Setiap hari pedagang meminta minimal 300 kilogram dari desa kami, selain ikan lainnya,” katanya.

Baca Juga: Pernikahannya Kandas Sejak Tahun 2003, Artis Ini Betah Sendiri dan Buktikan Status Janda Bukan Halangan untuk Tetap Berkarya

Primata adalah jenis makhluk hidup yang mencakup manusia, monyet, dan kera. Monyet terdiri hampir 200 spesies, seperti dilansir Britannica. Sementara kera mencakup hewan primata tak berekor seperti simpanse, gorila, orangutan, dan owa. Kemungkinan besar, kamu sudah pernah melihat hewan-hewan tersebut.

Namun, masih ada lagi hewan yang termasuk primata selain monyet dan kera. Mereka lebih jarang diketahui, tetapi sebenarnya tak kalah unik. Inilah lima jenis hewan yang termasuk primata selain monyet dan kera.

Ordo primata terdiri dari dua subordo, yaitu Strepsirrhini dan Haplorhini. Monyet dan kera tergabung dalam Haplorhini, bersama dengan tarsius. Jadi, primata yang kekerabatannya paling dekat dengan monyet dan kera adalah tarsius.

Tarsius tergabung dalam famili Tarsiidae yang terdiri dari 13 spesies. Mereka adalah hewan nokturnal, sehingga memiliki mata yang besar untuk melihat dengan jelas pada malam hari. Jika dibanding ukuran tubuhnya yang kecil, mata tarsius memang sangat menonjol.

National Geographic menyebut bahwa panjang tubuh tarsius hanya sekitar 10 cm, sedangkan diameter matanya mencapai 1,6 cm. Itu ibarat seseorang bertinggi badan 180 cm yang memiliki mata selebar 28 cm. Tarsius juga unik karena merupakan satu-satunya primata karnivor sejati. Mangsa mereka mencakup serangga, kadal, bahkan ular.

Berbeda dengan Haplorhini, subordo Strepsirrhini terdiri dari empat jenis primata berbeda. Pertama adalah lemur, primata yang tergabung dalam superfamili Lemuroidea. Mereka memiliki lebih dari seratus spesies yang seluruhnya merupakan endemik Pulau Madagaskar.

Ukuran setiap spesies lemur berbeda-beda, begitu pula penampilannya. Namun, secara umum lemur memiliki ciri khas berupa ekor yang panjang dan berbulu tebal. Lemur adalah hewan yang cerdas, tetapi kecerdasan mereka masih di bawah monyet.

Menurut laporan Britannica, jenis makanan lemur beragam, mulai dari buah, daun, serangga, hingga burung dan telur. Kebanyakan jenis lemur hidup dalam kelompok dan menghabiskan sebagian besar waktunya di pohon. Lemur pada foto di atas adalah lemur ekor cincin (Lemur catta), salah satu spesies lemur yang paling populer.

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Bekantan, Primata Berhidung Panjang Asli Kalimantan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Berikutnya ada loris, jenis primata yang tergabung dalam subfamili Lorisinae dan terdiri dari sepuluh spesies. Mereka adalah primata nokturnal yang terkenal dengan matanya yang bulat dan besar. Selain itu, loris juga khas dengan cara bergeraknya yang lambat dan sangat hati-hati.

Loris hidup di Asia Selatan dan sebagian Asia Tenggara. Mereka adalah pemakan serangga, tetapi beberapa spesies juga makan tumbuhan.

Salah satu jenisnya, yaitu loris lamban, memiliki mekanisme pertahanan yang unik. Mereka adalah satu-satunya jenis primata yang berbisa. Loris lamban menghasilkan racun dari kelenjar di lengannya. Saat terancam oleh predator, mereka akan menjilat kelenjarnya itu, lalu menggigit si predator hingga keracunan. Induk loris lamban juga melumuri tubuh anaknya dengan racun supaya terlindung dari predator.

Potto masih berkerabat dekat dengan loris, tetapi mereka tergabung dalam subfamili berbeda yaitu Perodicticinae. Potto terdiri dari tiga spesies yang semuanya merupakan genus Perodicticus. Ketiga spesiesnya adalah endemik Benua Afrika.

Potto punya beberapa sebutan dalam bahasa Inggris, salah satunya bush bear alias beruang semak. Itu karena penampilan potto sekilas memang mirip beruang. Moncong mereka mirip moncong beruang, begitu pula dengan telinganya. Ekor potto juga pendek, dan tubuh mereka berwarna cokelat kelabu.

Potto berukuran kecil, dengan panjang 30 hingga 40 cm dan berat maksimal sekitar 1,6 kg. Dilansir Britannica, mereka punya tulang belakang yang memanjang dan runcing pada bagian leher, yang bisa digunakan untuk pertahanan. Selain itu, potto juga memiliki aroma unik yang disebut-sebut mirip aroma kari.

Satu lagi jenis hewan yang termasuk primata adalah galago, atau disebut juga bush baby. Menurut laporan National Geographic, sebutan bush baby mungkin diberikan karena suara mereka yang mirip tangisan anak bayi. Galago tergabung dalam famili Galagidae dan terdiri dari lebih 20 spesies.

Seperti potto, galago juga endemik Benua Afrika. Namun, penampilan galago lebih mencolok, terutama mata dan telinganya yang besar. Ekor galago juga panjang, tak seperti ekor potto. Berat spesies terbesar galago mencapai 1,8 kg, sedangkan yang terkecil hanya 150 hingga 200 gram.

Hewan yang termasuk primata ternyata bukan cuma monyet dan kera saja, tetapi juga lima jenis hewan di atas. Lagi-lagi terbukti bahwa dunia satwa memiliki keanekaragaman yang sangat luar biasa!

Baca Juga: 5 Hewan yang Dapat Meramal Cuaca, Bagaimana Caranya?

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.